BAB I
SENSOR
DAN TRANDUCER
1.
Fungsi Sensor dan Tranducer
Dalam
kaitannya dengan sistem elektronis, Sensor dan transduser pada dasarnya dapat
dipandang sebagai sebuah perangkat atau device yang berfungsi mengubah suatu
besaran fisik menjadi besaran listrik, sehingga keluarannya dapat diolah dengan
rangkaian listrik atau sistem digital . Dewasa ini, hampir
seluruh peralatan modern memiliki sensor di dalamnya.
sensor
kimia merupakan sensor yang mendeteksi jumlah suatu zar kimia dengan jalan mengubah
besaran kimia menjadi besaran listrik dimana di dalamnya dilibatkan beberapa
reaksi kimia, seperti misalnya pada sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan,
serta sensor gas. Gambar 1.3 dan 1.4 dibawah berturut-turut memperlihatkan
salah satu contoh sensor besaran fisika dan sensor besaran kimi dalam kehidupan
sehari-hari, dimana aplikasinya mencakup berbagai bidang, yaitu seperti: automobile, mesin, kedokteran,
indistri, robot, maupun aerospace.
Dalam lingkungan sistem kontrol dan
robotika, sensor memberi fungsi seperti layaknya mata, pendengaran, hidung,
maupun lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroller sebagai otaknya.Berikut
adalah beberapa jenis sensor yang dapat dijumpai di lapangan
1.1. Sensor proximity
Sensor proximity merupakan sensor atau saklar yang
dapat mendeteksi adanya target jenis logam dengan tanpa adanya kontak fisik.
Biasanya sensor ini tediri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus
rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang
berlebihan. Sensor proximity dapat
diaplikasikan pada kondisi penginderaan pada objek yang dianggap terlalu kecil
atau lunak untuk menggerakkan suatu mekanis saklar.
Sensor
Magnet atau disebut juga relai buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan
magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya
saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di
sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan
bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap.
Sensor
sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar
adalah alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi energi
listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan pergerakan elektron
dan menghasilkan tegangan. Demikian pula dengan Fotokonduktif (fotoresistif)
yang akan memberikan perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin
tinggi intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai
tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip kerja
berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu sumber sinar
(inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya, yang terdiri dari pasangan
sumber cahaya dan penerima.
Sensor
ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor
ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan
perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu antara gelombang
suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah
berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Jenis
objek yang dapat diindera diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun
tekstil.
Sensor
tekanan - sensor ini memiliki transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana
mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya pada
perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat perubahan panjang
dan luas penampangnya.
Strain
gage adalah sebuah contoh transduser pasif yang mengubah pergeseran mekanis
menjadi perubahan tahanan. Sensitivitas sebuah strain gage dijelaskan dengan
suatu karakteristik yang disebut factor gage (factor gage), K, yang
didefinisikan sebagai perubahan satuan tahanan dibagi dengan perubahan satuan panjang
R =tahanan nominal gage AR = pembahan
tahanan gage 1 = p anjang nominal (kondisi tidak teregang) Al=pembahan panjang
suku Al/l dalam persamaan
(1) adalah regangan a, sehingga menjadi:
Perubahan tahanan R pada sebuah konduktor
yang penjangnya l dapat dihitung dengan menggunakan persamaan bagi tahanan dari
sebuah konduktor yang penampangnya serba sama, yaitu:
panjang
px!
tarikan
(tension) terhadap konduktor menyebabkan pertambahan panjang l dan pengurangan
secara bersamaan pada diameter d.
1.6 Sensor
Kecepatan (RPM)
Proses
penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor,
dimana suatu poros/object yang berputar pada suatui generator akan menghasilkan
suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar
sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis
(induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.
Sensor Penyandi (Encoder) digunakan untuk
mengubah gerakan
linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran
memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2
lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama, Penyandi rotari tambahan (yang
mentransmisikan jumlah tertentu dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang
akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi
absolut (yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk
masing-masing posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian,
lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan sehingga
membentuk suatu pengkodean dalam susunan
tertentu
Gambar 1.4. Sensor Penyandi
1.8.
Sensor Suhu
Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang
umum digunakan, yaitu thermocouple
(T/C)-
lihat gambar 1.6, resistance
temperature detector (RTD), termistor dan IC sensor. Thermocouple pada intinya terdiri dari
sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan dilebur bersama,
dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan tersebut dengan
sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding. Resistance Temperature Detector (RTD)
memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang bervariasi
sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan tingkat
konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah
bahan yang sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.
Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai
koefisien suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau
sebaliknya. Jenis ini sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga
mampu mendeteksi perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalah sensor
suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk kelemahan
penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear.
DEGREES
FAHRENHEIT
|
ISA
|
Material
|
Temperature
Range
(°F)
|
Sensitivity
25°C (77°F) |iV/°C (MV/*F)
|
|
Chromel &
|
-270-1000 (-4SQ~1800)
|
60.9 (38.3)
|
E
|
Constantan (Ni-Cr & Cu-Ni)
|
||
J
|
Iron a. Constantan
(Fe & Cu-Ni)
|
-210-1200 (-350~2200)
|
51.7 (28.7)
|
K
|
Chromel & Alumel (Ni-Cr &
Ni-Al)
|
- 270—1350 (-450-2500)
|
40.6 (22.6)
|
T
|
Copper & Constantan (Cu &
Cu-Ni)
|
-270-400
|
40.6
|
1
|
(-450—750)
|
(22.6)
|
|
R
|
Platinum & 87% Platinum/ 13%
Rhodium (Pt & Pt-Rh)
|
-50-1750 (-60-3200)
|
6
(3.3)
|
S
|
Platinum & 90% Platinum/ 10%
Rhodium (Pt & Pt-Rh)
|
-50-1750 (-60-3200)
|
6
(3.3)
|
Tabel 1.6. Karakteristik Beberapa Jenis Thermocouple J-TC
1.9. Sensor Efek Hall
Sensor Efek-Hall dirancang untuk merasakan
adanya objek magnetis dengan perubahan posisinya. Perubahan medan magnet yang
terus menerus menyebabkan timbulnya pulsa yang kemudian dapat ditentukan
frekuensinya, sensor jenis ini biasa digunakan sebagai pengukur kecepatan.
Sensor Hall Effect digunakan untuk mendeteksi kedekatan (proximity),
kehadiran atau ketidakhadiran suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu
jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Half-Effect Sensor, yaitu tipe linear
dan tipe on-off. Tipe linear
digunakan
untuk mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada konduktordan funsi-fungsi
lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit switch, sensor keberadaan (presence
sensors), dsb.
Sensor ini memberikan logika output
sebagai interface gerbang logika secara langsung atau
mengendalikan beban dengan buffer amplifier.
|
Gambar 1.7. Diagram Hall Effec
Keterangan
gambar :
1.
Elektron
2.
Sensor Hall atau Elemen Hall
3.
Magnet
4.
Medan Magnet
5.
Power Source
Gambar
diagram hall effect tersebut tersebut menunjukkan aliran
elektron. Dalam gambar A menunjukkan bahwa elemen Hall mengambil kutub negatif
pada sisi atas dan kutub positif pada sisi
bawah. Dalam gambar B dan C, baik arus listrik ataupun medan magnet dibalik,
menyebabkan polarisasi juga terbalik. Arus dan medan magnet yang dibalik ini
menyebabkan sensor Hall mempunyai kutub negatif pada sisi atas.
Hall Effect
tergantung pada beda potensial (tegangan Hall) pada sisi yang berlawanan dari
sebuah lembar tipis material konduktor atau semikonduktor dimana arus listrik
mengalir, dihasilkan oleh medan magnet yang tegak lurus dengan elemeh Hall.
Perbandingan tegangan yang dihasilkan oleh jumlah arus dikenal dengan tahanan
Hall, dan tergantung pada karakteristik bahan. Dr. Edwin Hall menemukan efek
ini pada tahun 1879.
Hall Effect
dihasilkan oleh arus pada konduktor. Arus terdiri
atas banyak beban kecil yang membawa partikel-partikel (biasanya elektron) dan
membawa gaya Lorentz pada medan magnet. Beberapa beban ini berakhir di sisi -
sisi konduktor. Ini hanya berlaku pada konduktor besar dimana jarak antara dua
sisi cukup besar.
Salah
satu yang paling penting dari Hall Effect
adalah perbedaan antara beban positif bergerak dalam satu arah dan beban
negatif bergerak pada kebalikannya. Hall Effect memberikan
bukti nyata bahwa arus listrik pada logam dibawa oleh elektron yang bergerak,
bukan oleh proton. Yang cukup menarik, Hall Effect
juga menunjukkan bahwa dalam beberapa substansi (terutama semikonduktor), lebih
cocok bila kita berpikir arus sebagai "holes" positif yang
bergerak daripada elektron.
|
B.
|
|
|
|
✓
|
|
/
|
|
|
+ y
|
|
|
y t-
|
|
|
V
|
|
II
|
Gambar
1.8 Pengukuran Tegangan Hall
|
Dengan
mengukur tegangan Hall yang melalui bahan, kita dapat menentukan kekuatan medan
magnet yang ada. Hal ini bisa dirumuskan :
Dimana
Vh adalah tegangan yang melalui lebar pelat, I
adalah arus yang melalui panjang pelat, B adalah medan magnet, d
adalah tebal pelat, e adalah elektron, dan n adalah kerapatan elektron pembawa.
Dalam keberadaan kekuatan medan magnetik yang besar dan temperatur rendah, kita
dapat meneliti quantum Hall effect,
yang dimana adalah kuantisasi tahanan Hall.
Dalam bahan ferromagnetik (dan material
paramagnetik dalam medan magnetik), resistivitas Hall termasuk kontribusi
tambahan, dikenal sebagai Anomalous Hall Effect (Extraordinary Hall
Effect), yang bergantung secara langsung pada
magnetisasi bahan, dan sering lebih besar dari Hall Effect
biasa. Walaupun sebagai sebuah fenomena yang dikenal baik, masih ada perdebatan
tentang keberadaannya dalam material yang bervariasi. Anomalous
Hall Effect bisa berupa efek ekstrinsik bergantung
pada putaran yang menyebar dari beban pembawa, atau efek intrinsik yang dapat
dijelaskan dengan efek Berry phase dalam momentum space kristal.
Hall effect
menghasilkan level sinyal yang sangat rendah dan membutuhkan amplifikasi. Amplifier tabung vakum pada abad 20
terlalu mahal, menghabiskan tenaga dan kurang andal dalam aplikasi sehari-hari.
Dengan pengembangan IC berharga murah maka Hall Effect Sensor
menjadi berguna untuk banyak aplikasi. Alat Hall Effect
saat disusun dengan tepat akan tahan dengan debu, kotoran, lumpur dan air.
Sifat ini menyebabkan alat Hall Effect
lebih baik untuk sensor posisi daripada alat alternatif lainnya seperti sensor
optik dan elektromekanik.
Hall effect sensor sering dipakai untuk Split ring
clamp-on sensor, Analog multiplication, Power sensing, Position and motion
sensing, Automotive ignition dan fuel injection serta
Wheel rotation sensing. Sensor ini banyak tersedia di berbagai macam
pabrik, dan digunakan untuk sensor-sensor yang bervariasi seperti sensor aliran
cairan, sensor power dan
sensor tekanan.
Sensor Efek Hall digunakan untuk
mendeteksi kedekatan (proximity),
kehadiran atau ketidakhadirannya suatu objek magnetis (yang) menggunakan suatu
jarak kritis. Pada dasarnya ada dua tipe Hall-Effect
Sensor, yaitu tipe linear dan tipe on-off. Tipe linear digunakan untuk
mengukur medan magnet secara linear, mengukur arus DC dan AC pada konduktor dan fungsi-fungsi
lainnya. Sedangkan tipe on-off digunakan sebagai limit
switch, sensor
keberadaan (presence sensors), dsb.
Sensor ini memberikan logika output
sebagai interface gerbang logika secara langsung atau
mengendalikan beban dengan buffer amplifier.
Gambar 1.9 presence sensors
Sensor efek hall
yang tampak seperti pada gambar diatas yang hanya terdiri dari sebuah
lapisan silikon dan dua buah elektroda pada masing – masing sisi dari lapisan
silikon. Hal ini akan menghasilkan perbedaan tegangan ketika lapisan silikon
ini dialiri arus listrik. Bila tidak ada medan magnet yang dideteksi maka arah
arus listrik yang mengalir pada silikon tersebut akan tepat ditengah – tengah
lapisan silikon dan akan menghasilkan tegangan 0 Volt karena tidak ada beda
tegangan antara elektroda sebelah kiri dan elektroda sebelah kanan.
Bila ada medan magnet yang terdeteksi oleh sensor efek hall maka arah arus listrik yang mengalir pada lapisan silikon akan berbelok mendekati atau menjauhi sisi elektroda yang dipengaruhi oleh medan magnet.
Bila ada medan magnet yang terdeteksi oleh sensor efek hall maka arah arus listrik yang mengalir pada lapisan silikon akan berbelok mendekati atau menjauhi sisi elektroda yang dipengaruhi oleh medan magnet.
Ketika arus yang
melalui lapisan silikon tersebut mendekati sisi elektroda sebelah kiri maka
akan terjadi beda potensial pada hasil keluarannya. Semakin besar kekuatan
medan magnet yang dideteksi oleh sensor efek hall akan menyebabkan pembelokan
arah arus listrik pada lapisan silikon tersebut juga akan semakin besar dan
beda potensial yang dihasilkan di antara kedua sisi elektroda pada lapisan
silikon sensor efek hall
juga akan semakin besar.
Arah pembelokan
arus listrik pada lapisan silikon ini dapat digunakan untuk mengetahui atau
mengidentifikasi polaritas atau kutub medan magnet pada sensor efek hall.
Sensor efek hall ini dapat bekerja jika hanya salah satu sisi elektroda pada
sensor efek hall dipengaruhi oleh medan magnet. Jika kedua sisi silikon
dipengaruhi oleh medan magnet maka arah arus listrik pada lapisan silikon tidak
akan mengalami pembelokan.
Alat
ini terdiri dari pasangan emitter/detektor pada tempat yang sama. Emitter meradiasikan cahaya UV
dan jika tidak ada halangan yang akan memantulkan cahaya tersebut, maka tidak
akan ada cahaya yang diterima oleh detektor.
Jika
objek pemantul (dengan warna/permukaan yang sesuai) dibuat menghadap alat ini,
detektor (photoresistor) mensaturasi output, sehingga terbentuk sinyal
logika.
Emitter dan detektor disesuaikan,
di mana detektor mempunyai puncak sensitivitas yang bersesuaian dengan panjang
gelombang emitter. Seberapa
baik pendeteksian suatu objek tergantung pada :
•
Jumlah cahaya yang dipancarkan oleh suatu
sumber cahaya.
•
Kepekaan photodetector.
•
Jarak antara switch dari objek.
•
Kondisi cahaya dari lingkungan sekitar.
•
Kedudukan tegak lurus permukaan dari
pantulan cahaya dengan switch.
1.11
Proximity
Switch Induktif
Alat ini diklasifikasikan sebagai berikut :
•
Bersumber daya AC atau DC.
•
2 terminal, di mana beban dihubungkan
antara terminal satu dengan sumber AC atau DC,
sementara
terminal lain merupakan GND.
•
terminal, dua terminal di antaranya adalah
sumber tegangan dan GND, sedangkan terminal lainnya adalah output beban yang dihubungkan
dengan sumber tegangan (tipe NPN ) atau ke GND (tipe PNP).
Alat
ini terdiri dari suatu osilator, demodulator, trigger, dan switching amplifier. Alat
ini beroperasi dengan prinsip transistor osilator yang operasinya dumped ketika objek metal mendekati elemen
yang beresonansi. Efisiensi dumping effect ini tergantung dari tipe metal dan
jarak.
Jika
objek metal memasuki medan magnet kumparan osilator, arus pusar akan diinduksi
pada kumparan yang mengubah amplitudo osilasi. Demodulator akan mengkonversi perubahan
amplitudo menjadi sinyal DC
yang
akan mengaktifkan trigger. Keuntungan
Penggunaan Proximity Switch induktif
:
•
Tidak perlu ada kontak fisik secara
langsung antara pemakai dengan sistem.
•
Dapat bekerja di lingkungan dengan kondisi
apapun.
•
Responnya berjalan dengan cepat.
•
Awet dan tahan lama.
1.12. Transduser
Transduser (Inggris: transducer) adalah sebuah alat yang mengubah
satu bentuk daya menjadi bentuk daya lainnya untuk berbagai tujuan termasuk
pengubahan ukuran atau informasi (misalnya, sensor tekanan).
Transduser bisa berupa peralatan listrik, elektronik, elektromekanik,
elektromagnetik,
fotonik, atau fotovoltaik. Dalam pengertian yang lebih luas, transduser kadang-kadang
juga didefinisikan sebagai suatu peralatan yang mengubah suatu bentuk sinyal
menjadi bentuk sinyal lainnya. Contoh yang umum adalah pengeras suara (audio
speaker), yang mengubah beragam voltase listrik yang berupa musik atau
pidato, menjadi vibrasi mekanis. Contoh lain adalah mikrofon, yang mengubah suara kita, bunyi, atau energi akustik
menjadi sinyal atau energi listrik.
Suatu definisi mengatakan “transducer adalah sebuah alat yang
bila digerakkan oleh energi di dalam sebuah sitem transmisi, menyalusrkan
energi dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke sistem
transmisi kedua”. Transmisi kedua ini bisa listrik, mekanik, kimia, optik
(radiasi) atau termal (panas).
Sebagai contoh, definisi transducer yang luas ini mencakup
alat-alat yang mengubah gaya atau perpindahan mekanis menjadi sinyal listrik.
Alat-alat ini membentuk kelompok transducer yang sangat besar dan sangat
penting yang lazim ditemukan dalam instrumentasi industri; dan ahli
instrumentasi terutama berurusan dengan jenis pengubahan energi ini. Banyak
parameter fisis lainnya (seperti panas, intensitas cahaya, kelembaban) juga
dapt diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan transducer.
Transducer-transducer ini memberikan sebuah sinyal keluaran bila diransang oleh
sebuah masukan yang bukan mekanis; sebuah transmistor bereaksi terhadap variasi
temperatur; sebuah fotosel bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya;
sebuah berkas elektron terhadap efek-efek maknetik, dan lain-lain. Namun dalam
semua hal, keluaran elektris yang diukur menurut metoda standar memberikan
besarnya besaran masukan dalam bentuk ukuran elektris analog.
Transducer dapat dikelompokan berdasakan pemakaiannya, metoda
pengubahan energi, sifat dasar sinyal keluaran dan lain-lain. Tabel dibawah
menunjukan suatu pengelompokan transducer berdasarkan prinsip listrik yang tersangkut.
Bagian pertama tabel tersebut memberi daftar transducer yang memberikan daya
luar. Ini adalah transducer pasif, yang memberi tambahan dalam sebuah parameter
listrik seperti halnya tahanan, kapasitansi dan lain-lain yang dapat diukur
sebagai suatu perubahan tegangan atau kuat arus. Kategori berikutnya adalah
transducer jenis pembangkit sendiri, yang menghasilkan suatu tegangan atau arus
analog bila dirangsang dengan suatu bentuk fisis energi. Transducer pembangkit
sendiri tidak memerlukan daya dari luar.
Tabel Pengelompokan Transducer
Transduser
Pasif (daya dari luar)
yaitu transduser yang dapat bekerja bila mendapat energi tambahan dari luar.
Parameter listrik dan kelas transduser
|
Prinsip kerja dan
sifat alat
|
Pemakaian alat
|
Potensiometer
|
Perubahan nilai
tahanan karena posisi kontak bergeser
|
Tekanan, pergeseran/posisi
|
Strain gage
|
Perubahan nilai
tahanan akibat perubahan panjang kawat oleh tekanan dari luar
|
Gaya, torsi, posisi
|
Transformator
selisih (LVDT)
|
Tegangan selisih
dua kumparan primer akibat pergeseran inti trafo
|
Tekanan, gaya, pergeseran
|
Gage arus pusar
|
Perubahan
induktansi kumparan akibat perubahan jarak plat
|
Pergeseran, ketebalan
|
Tabel 1.7 Transduser Pasif
Transduser Aktif (tanpa daya luar) yaitu transduser yang bekerja
tanpa tambahan energy dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu
sendiri.
Parameter listrik dan kelas transduser
|
Prinsip kerja dan sifat alat
|
Pemakaian alat
|
Sel fotoemisif
|
Emisi elektron
akibat radiasi yang masuk pada permukaan fotemisif
|
Cahaya dan
radiasi
|
Photomultiplier
|
Emisi elektron
sekunder akibat radiasi yang masuk ke katode sensitif cahaya
|
Cahaya, radiasi
dan relay sensitif cahaya
|
Termokopel
|
Pembangkitan ggl
pada titik sambung dua logam yang berbeda akibat dipanasi
|
Temperatur,
aliran panas, radiasi
|
Generator
kumparan putar (tachogenerator)
|
Perputaran sebuah kumparan di dalam medan magnet yang
membangkitkan tegangan || Kecepatan, getaran
|
|
Piezoelektrik
|
Pembangkitan ggl
bahan kristal piezo akibat gaya dari luar
|
Suara, getaran,
percepatan, tekanan
|
Sel foto tegangan
|
Terbangkitnya
tegangan pada sel foto akibat rangsangan energi dari luar
|
Cahaya matahari
|
Termometer
tahanan (RTD)
|
Perubahan nilai tahanan kawat akibat perubahan temperatur
|| Temperatur, panas
|
|
Hygrometer
tahanan
|
Tahanan sebuah
strip konduktif berubah terhadap kandungan uap air
|
Kelembaban
relatif
|
Termistor (NTC)
|
Penurunan nilai
tahanan logam akibat kenaikan temperatur
|
Temperatu
|
1.12.1
Transduser Pergeseran
Pengubahan
sebuah gaya terpasang menjadi pergeseran merupakan dasar bagi berbagai jenis
tranducer. Elemen mekanis yang digunakan untuk mengubah gaya terpasang menjadi
pergeseran disebut alat-alat penjumlah gaya (force summing devices) yang
bagian-bagiannya berupa :
a.
Diagfragma, rata atau bergelombang
b.
Tiupan (bellows)
c.
Tabung Boundon, melingkar atau berbelit
d.
Tabung/ pipa lurus
e.
Kantilever massa (mass
cantilever), suspensi
tunggal atau dobel
f.
Torsi ujung berputer (pivot
torque)
Karena kapasitansi berbanding terbalik
dengan jarak kedua pelat paralel, setiap variasi dalam d menyebabkan variasi
pada kapasitansi. Prinsip ini diterapkan pada transducer kapasitif.
Kapasitansi
dari sebuah kapasitor pelat paralel diberikan oleh G = (farad)
dimana: A = luas masing-masing pelat,
dalam m d = j arak kedua pelat, dai am
m e, = 9,85 x 1Q"12 dalam F/m
Cara
kerjanya :
-
Gaya diberikan pada diafragma yang
berfungsi sebagai salah satu pelat kapasitor, mengubah jarak antara diafragma
dengan pelat yang diam.
-
Perubahan kapasitansi yang dihasilkan ini
dapat diukur dengan jembatan ac atau sebuah rangkaian osilator.
-
Transducer
sebagai
bagian dari rangkaian osilator menyebabkan perubahan frekuensi osilator.
Perubahan frekuensi ini merupakan ukuran dari besarnya gaya yang dipasang.
1.12.3.
Transducer
induktif
Dalam
transducer induktif
pengukuran gaya dilakukan dengan mengubah perbandingan induktansi dari sepasang
kumparan atau dengan mengubah induktansi kumparan tunggal. Dalam masing-masing
hal, jangkar feromagenetik yang digerakkan/ digeser oleh gaya yang akan diukur
mengubah reluktansi rangkaian magnetik.
1.12.3. Transformator selisih yang berubah-ubah (LVDT)Konstruksi
dasar dari sebuah transformator selisih yang berubah secara linier (LVDT Liniear Variable Differential Transformer) ditunjukkan
pada Gambar 1.10.
Transformator ini terdiri dari satu
kumparan primer dan dua kumparan sekunder yang ditempatkan pada kedua sisi
kumparan primer. Kumparan sekunder mempunyai jumlah gulungan yang sama tetapi
mereka dihubungkan seri secara berlawanan sehingga gaya gerak listrik (ggl)
yang diindusir didalam kumparan sekunder tersebut saling berlawanan. Posisi
dari inti yang dapat bergerak menentukan hubungan fluksi antara kumparan primer yang
tereksitasi oleh ac dan masing-masing dari kedua kumparan sekunder.
Pemilihan suatu transduser sangat
tergantung kepada kebutuhan pemakai dan lingkungan di sekitar pemakaian. Untuk itu
dalam memilih transduser perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Kekuatan, maksudnya ketahanan atau proteksi
terhadap beban lebih
2. Linieritas,
yaitu kemampuan untuk menghasilkan karakteristik masukan- keluaran yang linier
3. Stabilitas
tinggi, yaitu kesalahan pengukuran yang kecil dan tidak begitu banyak
terpengaruh oleh faktor-faktor lingkungan
4. Tanggapan
dinamik yang baik, yaitu keluaran segera mengikuti masukan dengan bentuk dan
besar yang sama
5. Repeatability
: yaitu kemampuan untuk menghasilkan kembali keluaran yang sama ketika
digunakan untuk mengukur besaran yang sama, dalam kondisi lingkungan yang sama
6. Harga.
Meskipun faktor ini tidak terkait dengan karakteristik transduser sebelumnya,
tetapi dalam penerapan secara nyata seringkali menjadi kendala serius, sehingga
perlu juga dipertimbangkan.
1.13 Karakteristik Sensor dan
Aplikasi
Karakteristik Sensor dan Aplikasi. Masalah utama dalam teknik pengukuran, pengaturan dan pengendalian secara elektronik adalah
mengubah besaran fisik menjadi besaran listrik yang proporsional. Besaran fisik
yang diubah tersebut bisa berupa temperatur, gaya, kecepatan putaran,
intensitas cahaya dan sebagainya.
Alat yang melaksanakan hal ini secara umum disebut sensor.
Termasuk dalam golongan ini adalah baik sensor yang sederhana maupun alat
pemroses sinyal elektronik yang terhubung sesudahnya (penguat, kompensasi suhu,
linearisasi, dll). Dalam aplikasi, sebuah sensor harus memenuhi persyaratan
kualitas atau karakteristik utama sensor sebagai berikut :
1. Linearitas. Konversi harus proporsional. Artinya karakteristik konversi
dari sensor harus linear (selalu sebanding).
2.
Tidak tergantung
Temperatur. Artinya,
karakteristik keluaran (converter) sensor tidak boleh tergantung pada
temperatur di sekelilingnya, kecuali sensor suhu/temperatur.
3.
Kepekaan. Kepekaan sensor harus dipilih sedemikian sehingga dalam
aplikasi, pada nilai-nilai masukan yang ada dapat diperoleh tegangan listrik
keluaran yang cukup besar.
4.
Waktu Tanggapan. Waktu tanggapan adalah waktu yang diperlukan keluaran sensor
untuk mencapai nilai akhirnya pada nilai masukan yang berubah secara mendadak. Karakteristik
ini menuntut, dalam aplikasi sensor harus dapat berubah cepat bila nilai
masukan pada sistem tempat sensor tersebut berubah.
5.
Batas Frekuensi
Terendah dan Tertinggi. Batas-batas
tersebut adalah nilai frekuensi masukan periodik terendah dan tertinggi yang
masih dapat dikonversi oleh sensor secara benar. Pada kebanyakan aplikasi
disyaratkan bahwa frekuensi terendah adalah 0 Hz.
6.
Stabilitas Waktu. Untuk nilai masukan tertentu, sensor harus dapat memberikan
keluaran yang tetap nilainya dalam waktu yang lama. Sayangnya karakteristik
kebanyakan komponen elektronik (sensor) dalam aplikasi nya cenderung berubah
seiring dengan waktu.
7.
Histeresis. Sensor dapat mengalami gejala histeresis seperti yang ada
pada magnetisasi besi. Pada temperatur tertentu akibat dari karakteristik ini
sebuah sensor dapat memberikan keluaran yang berlainan, tergantung pada keadaan
apakah saat itu temperatur sedang naik atau turun.
Dari syarat-syarat
atau karakteristik ideal tersebut di atas, linearitas, tidak tergantung pada
temperatur, stabilitas waktu, dan histeresis sangat menentukan ketelitian
sensor.
Proses fisik yang
menjadi dasar kerja sensor tergantung pada aplikasi yang memerlukan sensor
tersebut. Berikut tabel proses fisik yang dapat dipilih untuk berbagai tujuan
sensor sesuai karakteristiknya :
Tabel 1.9 tabel proses fisik yang dapat dipilih untuk
berbagai tujuan sensor sesuai karakteristiknya
Efek Hall. Mempergunakan semikonduktor sebagai komponen Hall, biasanya
dengan sumber arus dan penguat dalam satu modul terpadu yang disebut LOHET (Linear
Output Hall Effect Transducer). Modul ini memberikan tegangan yang
sebanding dengan kerapatan fluks magnet.
Piezoresistif.
Terdiri atas chip silikon berbentuk segiempat seluas beberapa mm persegi. Pada
lapisannya dilekatkan membran berbentuk bulat untuk menerima tekanan. Di
atasnya dibentuk rangkaian jembatan dengan jalan menyuntikkan ion-ion. Pada
keluaran jembatan ini dapat timbul tegangan yang sebanding dengan tekanan yang
diukur.
Pyroelectric. Bekerja berdasarkan
perubahan radiasi inframerah yang diterima optik. Setiap benda yang berupa
sumber panas akan meradiasikan inframerah dan inilah yang akan diterima oleh
sensor. Disebut juga dengan istilah sensor PIR (Passive InfraRed).
Fotoelektrik. Terdiri atas LED
berwarna merah atau LED inframerah yang menyinari fotodioda atau fototransistor
sebagai penerima. Tersedia dalam satu kesatuan atau terpisah dalam
masing-masing kotak. Kadang-kadang juga dilengkapi dengan lensa agar dapat
mengenali sinyal kecil dengan baik atau untuk memperoleh jarak pengamatan yang
lebih jauh.
Pita Tarik. Berupa bahan
resistif (logam atau lapisan semikonduktor) yang ditempatkan atau dilapiskan
pada sehelai bahan isolator (kebanyakan sintetik). Resistansi bahan ini berubah
jika memulai. Sensor ini biasa dirangkai secara jembatan dengan resistor
lainnya yang permanen. Pemberian tegangan yang stabil pada rangkaian jembatan
akan memberikan tegangan keluaran yang nilainya sebanding dengan pemuaian pita
tarik tersebut.
Thermoresistif. Nilai resistansinya
tergantung pada temperatur. Bahan bisa berasal dari kawat, lapisan logam atau
semikonduktor. Beberapa tersedia dalam bentuk IC yang terkandung di dalamnya
pengatur tegangan, penguat, dan rangkaian linearisasi.
Induktif. Menggunakan
osilator yang diredam dengan arus bolak-balik yang ditimbulkan oleh osilator
tersebut pada bagian-bagian logam. Perubahan jarak dengan bagian-bagian logam
selanjutnya mengubah amplitudo tegangan osilator.
Karakteristik
sensor yang ideal tentunya akan sangat baik bagi aplikasi rangkaian yang
membutuhkan ketelitian tinggi dalam hal pengukuran,
pengaturan atau pengendalian. Hal tersebut tentunya seiring dengan teknologi pembuatan
sensor yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan cukup pesat.
2. Sensor Thermal
AC. Srivastava, (1987), mengatakan temperatur merupakan
salah satu dariempat besaran dasar yang diakui oleh Sistem Pengukuran Internasional
(The International Measuring System). Lord Kelvin pada tahun 1848
mengusulkan skala temperature termodinamika pada suatu titik tetap triple
point, dimana fase padat, cair dan uap berada bersama dalam equilibrium,
angka ini adalah 273,16 oK ( derajat Kelvin) yang juga merupakan titik es.
Skala lain adalah Celcius, Fahrenheit dan Rankine dengan hubungan sebagai
berikut:
oF =
9/5 oC + 32 atau
oC =
5/9 (oF-32) atau
oR =
oF + 459,69
Yayan
I.B, (1998), mengatakan temperatur adalah kondisi penting dari suatu substrat.
Sedangkan “panas adalah salah satu bentuk energi yang diasosiasikan dengan
aktifitas molekul-molekul dari suatu substrat”. Partikel dari suatu substrat
diasumsikan selalu bergerak. Pergerakan partikel inilah yang kemudian dirasakan
sebagai panas. Sedangkan temperatur adalah ukuran perbandingan dari panas
tersebut. Pergerakan partikel substrat dapat terjadi pada tiga dimensi benda
yaitu:
1. Benda padat,
2. Benda cair dan
3. Benda gas (udara)
Aliran kalor substrat pada dimensi padat, cair dan gas
dapat terjadi secara :
1. Konduksi,yaitu pengaliran panas
melalui benda padat (penghantar) secara kontak langsung
2. Konveksi, yaitu pengaliran panas
melalui media cair secara kontak langsung
3. Radiasi, yaitu pengaliran panas
melalui media udara/gas secara kontak tidak langsung
Pada aplikasi pendeteksian atau pengukuran tertentu,
dapat dipilih salah satu tipe
sensor
dengan pertimbangan :
1. Penampilan (Performance)
2. Kehandalan (Reliable) dan
3. Faktor ekonomis ( Economic)
C.Pemilihan
Jenis Sensor Suhu
Hal-hal
yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemilihan jenis sensor suhu adalah:
(Yayan I.B, 1998)
1. Level suhu maksimum dan minimum dari
suatu substrat yang diukur.
2. Jangkauan (range) maksimum
pengukuran
3. Konduktivitas kalor dari substrat
4. Respon waktu perubahan suhu dari
substrat
5. Linieritas sensor
6. Jangkauan temperatur kerja
Selain dari ketentuan diatas, perlu juga diperhatikan
aspek phisik dan kimia dari sensor seperti ketahanan terhadap korosi (karat),
ketahanan terhadap guncangan, pengkabelan (instalasi), keamanan dan lain-lain.
Tabel 1.10 Pemilihan Jenis Sensor Suhu
D.
Tempertur Kerja Sensor
Setiap sensor suhu memiliki temperatur kerja yang
berbeda, untuk pengukuran suhu disekitar kamar yaitu antara -35oC sampai 150oC,
dapat dipilih sensor NTC, PTC,transistor, dioda dan IC hibrid. Untuk suhu
menengah yaitu antara 150oC sampai 700oC,dapat dipilih thermocouple dan RTD.
Untuk suhu yang lebih tinggi sampai 1500oC,tidak memungkinkan lagi dipergunakan
sensor-sensor kontak langsung, maka teknis pengukurannya dilakukan menggunakan cara
radiasi. Untuk pengukuran suhu pada daerah sangat dingin dibawah 65oK = -208oC
( 0oC = 273,16oK ) dapat digunakanresistor karbon biasa karena pada suhu ini
karbon berlaku seperti semikonduktor.Untuk suhu antara 65oK sampai -35oC dapat
digunakan kristal silikon dengan kemurnian tinggi sebagai sensor.
E.Bimetal
Bimetal adalah sensor temperatur yang sangat populer
digunakan karena kesederhanaan yang dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai pada
alat strika listrik dan lampu
kelap-kelip (dimmer). Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari dua
buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya (_) yang direkatkan menjadi
satu. Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya pemuaian
tergantung dari jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam tersebut. Bila
dua lempeng logam saling direkatkan dan dipanaskan, maka logam yang memiliki
koefisien muai lebih tinggi akan memuai lebih panjang sedangkan yang memiliki
koefisien muai lebih rendah memuai lebih pendek. Oleh karena perbedaan reaksi muai
tersebut maka bimetal akan melengkung kearah logam yang muainya lebih rendah.
Dalam aplikasinya bimetal dapat dibentuk menjadi saklar Normally Closed (NC)
atau Normally Open (NO).
F.Termistor
Termistor atau tahanan thermal adalah alat
semikonduktor yang berkelakuan sebagai tahanan dengan koefisien tahanan
temperatur yang tinggi, yang biasanya negatif. Umumnya tahanan termistor pada
temperatur ruang dapat berkurang 6% untuk setiap kenaikan temperatur sebesar
1oC. Kepekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur ini membuat termistor
sangat sesuai untuk pengukuran, pengontrolan dan kompensasi temperatur secara
presisi.
Termistor terbuat dari campuran oksida-oksida logam
yang diendapkan seperti: mangan (Mn), nikel (Ni), cobalt (Co), tembaga (Cu),
besi (Fe) dan uranium (U). Rangkuman tahanannya adalah dari 0,5 sampai 75
dan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.
G.Teknik
Kompensasi Termistor:
Karkateristik
termistor berikut memperlihatkan hubungan antara temperatur dan
resistansi
seperti tampak pada gambar 2.4
(a) logaritmik (b) skala linier
Gambar 1.11 Grafik Termistor resistansi vs
temperatuer:
H.Resistance
Thermal Detector (RTD)
RTD adalah salah satu dari beberapa jenis sensor suhu
yang sering digunakan. RTD dibuat dari bahan kawat tahan korosi, kawat tersebut
dililitkan pada bahan keramik isolator. Bahan tersebut antara lain; platina,
emas, perak, nikel dan tembaga, dan yang terbaik adalah bahan platina karena
dapat digunakan menyensor suhu sampai 1500o C. Tembaga dapat digunakan untuk
sensor suhu yang lebih rendah dan lebih murah,tetapi tembaga mudah terserang
korosi
RTD
memiliki keunggulan dibanding termokopel yaitu:
1.
Tidak
diperlukan suhu referensi
2.
Sensitivitasnya
cukup tinggi, yaitu dapat dilakukan dengan cara mem-perpanjang kawat yang digunakan dan memperbesar tegangan
eksitasi.
3.
Tegangan
output yang dihasilkan 500 kali lebih besar dari termokopel
4.
Dapat
digunakan kawat penghantar yang lebih panjang karena noise tidak jadi masalah
5.
Tegangan
keluaran yang tinggi, maka bagian elektronik pengolah sinyal menjadi sederhana
dan murah. Resistance Thermal Detector (RTD) perubahan tahanannya lebih
linear terhadap temperatur uji tetapi koefisien lebih rendah dari thermistor.
Bentuk
lain dari Konstruksi RTD
Gambar 1.12 Jenis RTD
I.Termokopel
Pembuatan termokopel didasarkan atas sifat thermal
bahan logam. Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka
pada ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif
dan akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak
ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang
yang dipanaskan akan terjadi muatan positif. Kerapatan electron untuk setiap
bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam. Jika dua batang logam
disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka elektron dari
batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang yang
kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah perbedaan tegangan
diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau dipanaskan.
Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) yang dihasilkan
menurut T.J Seeback (1821) yang menemukan hubungan perbedaan panas (T1 dan
T2) dengan gaya gerak listrik yang dihasilkan E, Peltir (1834),
menemukan gejala panas yang mengalir dan panas yang diserap pada titik hot-juction
dan coldjunction, dan Sir William Thomson, menemukan arah arus
mengalir dari titik panas ke titik dingin dan sebaliknya,
Gambar 1.13 Arah Gerak Elektron
Jika Logam Dipanaskan
Atau
E =37,5
-0,045(
)
di
mana 37,5 dan 0,045 merupakan dua konstanta C1 dan C2 untuk termokopel tembaga/
konstanta. Bila ujung logam yang tidak dipanaskan dihubung singkat, perambatan
panas dari ujung panas ke ujung dingin akan semakin cepat. Sebaliknya bila
suatu termokopel diberi tegangan listrik DC, maka diujung sambungan terjadi
panas atau menjadi dingin tergantung polaritas bahan (deret Volta) dan
polaritas tegangan sumber. Dari prinsip ini memungkinkan membuat termokopel
menjadi pendingin. Thermocouple sebagai sensor temperatur memanfaatkan beda workfunction
dua bahan metal
J.
Dioda sebagai Sensor Temperatur
Dioda
dapat pula digunakan sebagai sensor temperatur yaitu dengan memanfaatkan sifat
tegangan junction Dimanfaatkan juga pada sensor temperatur rangkaian
terintegrasi (memiliki rangkaian penguat dan kompensasi dalam chip yang sama).
K.Infrared Pyrometer
Sensor
inframerah dapat pula digunakan untuk sensor temperatur
Gambar 1.15 Infrared Pyrometer
Infrared
Pyrometer sebagai sensor temperatur
Memanfaatkan
perubahan panas antara cahaya yang dipancarkan dengan diterima yang
diterima
pyrometer terhadap objek yang di deteksi.
3.
Sensor Mechanics
Pergerakkan mekanis adalah tindakan yang paling banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti perpindahan suatu benda dari
suatu posisi ke posisi lain, kecepatan mobil di jalan raya, dongrak mobil yang
dapat mengangkat mobil seberat 10 ton, debit air didalam pipa pesat, tinggi
permukaan air dalam tanki. Semua gerak mekanis tersebut pada intinya hanya terdiri
dari tiga macam, yaitu gerak lurus, gerak melingkar dan gerak memuntir. Gerak
mekanis disebabkan oleh adanya gaya aksi yang dapat menimbulkan gaya reaksi.
Banyak cara dilakukan untuk mengetahui atau mengukur gerak mekanis misalnya
mengukur jarak atau posisi dengan meter, mengukur kecepatan dengan tachometer,
mengukur debit air dengan rotameter dsb. Tetapi jika ditemui gerakan mekanis
yang berada dalam suatu sistem yang kompleks maka diperlukan sebuah sensor
untuk mendeteksi atau mengimformasikan nilai yang akan diukur. Berikut akan
dijabarkan beberapa jenis sensor mekanis yang sering dijumpai di dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Sensor Posisi
Pengukuran
posisi dapat dilakukan dengan cara analog dan digital. Untuk pergeseran yang
tidak terlalu jauh pengukuran dapat dilakukan menggunakan cara-cara analog,
sedangkan untuk jarak pergeseran yang lebih panjang lebih baik digunakan cara
digital.Hasil sensor posisi atau perpindahan dapat digunakan untuk mengukur
perpindahan linier atau angular. Teknis perlakuan sensor dapat dilakukan dengan
cara terhubung langsung ( kontak ) dan tidak terhubung langsung ( tanpa kontak
).
a. Strain gauge (SG)
Strain gauge dapat dijadikan sebagai sensor posisi. SG
dalam operasinya memanfaatkan perubahan resistansi sehingganya dapat digunakan
untuk mengukur perpindahan yang sangat kecil akibat pembengkokan (tensile
stress) atau peregangan (tensile strain).
Secara
konstruksi SG terbuat dari bahan metal tipis (foil) yang diletakkan diatas
kertas.
Untuk
proses pendeteksian SG ditempelkan dengan benda uji dengan dua cara yaitu:
1.
Arah perapatan/peregangan dibuat sepanjang mungkin (axial)
2.
Arah tegak lurus perapatan/peregangan dibuat sependek mungkin (lateral)
Gambar 1.16 Bentuk fisik strain gauge
b. Sensor Induktif dan Elektromagnet
Sensor
induktif memanfaatkan perubahan induktansi
•
sebagai akibat pergerakan inti feromagnetik dalam koil
•
akibat bahan feromagnetik yang mendekat
c. Linier Variable Differential
Transformer (LVDT)

sekunder




LVDT sebagai sensor posisi: (a) konstruksi LVDT, (b)
Rangakaian
listrik, (c) rangkaia uji LVDT, (d) Karakteristik LVDT
Gambar 1.17 LVDT
d. Transduser Kapasitif
Ø
memanfaatkan
perubahan kapasitansi
Ø
akibat
perubahan posisi bahan dielektrik diantara kedua keping
Ø
akibat
pergeseran posisi salah satu keping dan luas keping yang berhadapan langsung
Ø
akibat
penambahan jarak antara kedua keeping
Ø
cukup
sensitif tetapi linieritas buruk
Ø
rangkaian
jembatan seperti pada sensor induktif dapat digunakan dengan kapasitor
dihubungkan paralel dengan resistansi (tinggi) untuk memberi jalur DC untuk
input opamp
2. Transduser perpindahan digital optis
Ø
mendeteksi
posisi melalui kode oleh pemantul atau pelalu transmisi cahaya ke detektor foto
Ø
perpindahan
(relatif) diukur berupa pulse train dengan frekuensi yang sebanding kecepatan
pergerakan
Ø
deteksi
arah gerakan memanfaatkan dua sinyal dengan saat pulsa naik berbeda
Gambar 1.18 deteksi arah gerakan
Ø posisi mutlak dideteksi menggunakan
kode bilangan digital
Ø untuk deteksi perubahan yang ekstrim
satu kode digunakan sebagai sinyal clock
Ø alternatif lain memanfaatkan kode
yang hanya mengijinkan satu perubahan seperti pada kode Gray
Ø kode angular lebih baik dari pada
kode linier akibat arah ekpansi thermal pada pelat kode
Ø pengukuran perpindahan posisi yang
kecil dapat dilakukan dengan pola Moire
Ø pola garis tegak dan miring
memperkuat (ukuran) pergeseran arah x ke pola garis pada arah y
Ø perubahan dibaca dengan cara optis
a. Transduser Piezoelectric
Transduser
Piezoelectric berkeja memanfaatkan tegangan yang terbentuk saat kristal
mengalami
pemampatan
·
ion
positif dan negatif terpisah akibat struktur kristal asimetris
·
bahan
kristal: kuarsa dan barium titanat, elektret polivilidin florida
·
bentuk
respons
Transduser
Piezoelektrik: (a) konstruksi PE, (b) rangkaian ekivalen PE
Gambar
1.19 Transduser
Piezoelectric
Rangkaian
pembaca tegangan pada piezoelektrik sensor
·
kristal
bukan konduktor (tidak mengukur DC, rangkaian ekivalen) gunakan rangkaian
Op-Amp dengan impedansi input tinggi (FET, untuk frekuensi rendah)
·
bila
respons yang diukur dekat dengan frekuensi resonansi kristal, ukur muatan
sebagai ganti tegangan
di
mana Qx = muatan listrik kristal (coulomb)
a. Transduser Resolver dan Inductosyn
Ø
berupa
pasangan motor-generator: resolver dan transmiter digunakan untuk mengukur
sudut pada sebuah gerakan rotasi
Ø
kumparan
stator sebagai penerima ditempatkan pada sudut yang berbeda
·
stator:
syncho
·
2
stator: resolver
Ø
versi
linier (inductosyn) perbedaan sudut 90 derajat diperoleh dengan perbedaan ¼
gulungan
b. Detektor Proximity
Ø
saklar
reed yang memanfatkan saklar yang terhubung atau terlepas berdasarkan medan
magnet
Ø
RF-lost
akibat adanya bahan metal yang menyerap medan magnet (frekuensi 40-200 kHz)
yang mengakibatkan detector RF turun akibat pembebanan rangkaian resonansi LC
pada osilator
Ø
Detector kapasitansi mengamati perubahan
kapasitansi oleh bahan non konduktor
Ø
pancaran
cahaya terfokus
c. Potensiometer
Potensiometer yang tersedia di pasaran terdiri dari
beberapa jenis, yaitu:
potensiometer karbon, potensiometer
wire wound dan potensiometer metal film.
1. Potensiometer karbon adalah
potensiometer yang terbuat dari bahan karbon harganya cukup murah akan tetapi
kepressian potensiometer ini sangat rendah biasanya harga resistansi akan
sangat mudah berubah akibat pergeseran kontak.
2. Potensiometer gulungan kawat
(wire wound) adalah potensiometer yang menggunakan gulungan kawat nikelin yang
sangat kecil ukuran penampangnya. Ketelitian dari potensiometer jenis ini
tergantung dari ukuran kawat yang digunakan serta kerapihan penggulungannya.
3. Metal film adalah potensiometer
yang menggunakan bahan metal yang dilapiskan ke bahan isolator.Potensiometer
karbon dan metal film jarang digunakan untuk kontrol industri karena cepat aus.
Potensiometer wire wound adalah potensiometer yang menggunakan kawat halus yang
dililit pada batang metal. Ketelitian potensiometer tergantung dari ukuran
kawat. Kawat yang digunakan biasanya adalah kawat nikelin. Penggunaan
potensiometer untuk pengontrolan posisi cukup praktis karena hanya membutuhkan
satu tegangan eksitasi dan biasanya tidak membutuhkan pengolah sinyal yang
rumit. Kelemahan penggunaan potensiometer terutama adalah:
1.
Cepat
aus akibat gesekan
2.
Sering
timbul noise terutama saat pergantian posisi dan saaat terjadi lepas kontak
3.
Mudah
terserang korosi
4.
Peka
terhadap pengotor
Potensiometer linier adalah potensiometer yang
perubahan tahanannya sangat halus dengan jumlah putaran sampai sepuluh kali
putaran (multi turn). Untuk keperluan sensor posisi potensiometer linier
memanfaatkan perubahan resistansi, diperlukan proteksi apabila jangkauan
ukurnya melebihi rating, linearitas yang tinggi hasilnya mudah dibaca tetapi
hati-hati dengan friksi dan backlash yang ditimbulkan, resolusinya terbatas
yaitu 0,2 – 0,5%
d.
Optical
lever displacement detektor
Ø memanfaatkan pematulan berkas cahaya
dari sumber ke detektor
Ø linieritas hanya baik untuk
perpindahan yang kecil
Gambar
3.21. Optical Lever Displacement Detector
3.
Sensor
Kecepatan ( Motion Sensor )
Pengukuran kecepatan dapat dilakukan dengan cara analog
dan cara digital. Secara umum pengukuran kecepatan terbagi dua cara yaitu: cara
angular dan cara translasi. Untuk mengukur kecepatan translasi dapat diturunkan
dari cara pengukuran angular. Yang dimaksud dengan pengukuran angular adalah
pengukuran kecepatan rotasi (berputar), sedangkan pengukuran kecepatan
translasi adalah kecepatan gerak lurus beraturan dan kecepatan gerak lurus
tidak beraturan.
a.
Tacho
Generator
Sensor yang sering digunakan untuk sensor kecepatan
angular adalah tacho generator. Tacho generator adalah sebuah generator kecil
yang membangkitkan tegangan DC ataupun tegangan AC. Dari segi eksitasi tacho
generator dapat dibangkitkan dengan eksitasi dari luar atau imbas elektromagnit
dari magnit permanent.
kelemahannya
adalah :
1.
Sikat
komutator mudah habis
2.
Jika
digunakan pada daerah bertemperatur tinggi, maka magnet permanent akan mengalami kelelahan, untuk kasus ini, tacho
generator sering dikalibrasi.
3.
Peka
terhadap debu dan korosi
Tacho
generator AC berupa generator singkron, magnet permanent diletakkan dibagian
tengah yang berfungsi sebagai rotor. Sedangkan statornya berbentuk kumparan
besi lunak. Ketika rotor berputar dihasilkan tegangan induksi di bagian
statornya. Tipe lain dari tacho generator AC adalah tipe induksi, rotor dibuat
bergerigi, stator berupa gulungan kawat berinti besi. Medan magnet permanent
dipasang bersamaan di stator. Ketika rotor berputar, terjadi perubahan medan
magnet pada gigi yang kemudian mengimbas ke gulungan stator. Kelebihan utama
dari tacho generator AC adalah relatif tahan terhadap korosi dan debu,
sedangkan kelemahannya adalah tidak memberikan informasi arah gerak.
Gambar
1.20 Tacho
Generator
a.
Pengukuran
Kecepatan Cara Digital.
Pengukuran kecepatan cara digital dapat dilakukan
dengan cara induktif, kapasitif dan optik. Pengukuran dengan cara induksi
dilakukan menggunakan rotor bergerigi, stator dibuat dari kumparan yang
dililitkan pada magnet permanen. Keluaran dari sensor ini berupa pulsa-pulsa
tegangan. Penggunaan cara ini cukup sederhana, sangat praktis tanpa memerlukan
kopling mekanik yang rumit, serta memiliki kehandalan yang tinggi, tetapi
kelemahannya tidak dapat digunakan untuk mengukur kecepatan rendah dan tidak
dapat menampilkan arah putaran.
4. Sensor Tekanan ( Presure Sensor )
Ø
Transduser
tekanan dan gaya (load cell)
·
terdiri
dari bahan elastis dan sensor perpindahan (displacement)
·
besaran ukur (i) strain atau (ii) displacement
·
pengelompokan: tipe absolute gauge dan
diferensial
Ø
sensor
tekanan dengan diafragma reliable, sukar dibuat, reproducible
·
besaran
ukur strain dengan strain gauge atau displacement dengan kapasitansi
·
pengukuran
dengan kapasitansi dalam rangkaian jembatan sangat sensitif dan Mahal
a. Transduser Tekanan silikon
Ø
memanfaatkan
silikon sebagai bahan strain ukur dan diafragmanya, rangkaian bisa terintegrasi
Ø
lebih
sensistif dari metal karena strain (displacement) dan sifat piezoresistif
muncul bersamaan
Ø
selalu
menggunakan 4 gauge dalam jembatan, masalah yang dihadapi
·
gauge
tidak identik
·
sangat
sensitif terhadap temperatur
Ø alternatif solusi:
·
eksitasi
arus
·
kompensasi
tegangan jembatan
·
kompensasi penguatan amplifier
Ø
konstruksi
sensor tekanan silikon
·
diafragma
dengan proses etsa
·
strain
gauge dengan difusi dopan
b. Sensor Tekanan Tipe Bourdon dan
Bellow
Ø
besaran
ukur perpindahan (displacement) memanfaatkan LVDT, sensor reluktansi variabel,
potensiometer
Ø
konversi
tekanan ke perpindahan menggunakan tabung Bourdon atau Bellows
Sensor
tekanan tipe lain: (a) dan (b) tipe Bourdon,(c) dan (d) tipe bellow
Gambar
1.21 Sensor
Tekanan Tipe Bourdon dan Bellow
c. Load cell
Ø
cara
kerja mirip dengan sensor tekanan yaitu mengubah gaya menjadi perpindahan
Ø
menggunakan
rangkaian jembatan untuk pembacaan, kalibrasi dan kompensasi temperatur
Ø
alternatif
lain menggunakan kristal piezoelektrik untuk mengukur perubahan gaya
Ø
konfigurasi
load cell
Gambar 1.22 Beberapa Contoh Konfigurasi Load Cell
5. Sensor Aliran Fluida ( Flow
Sensor )
Pengukuran aliran mulai dikenal sejak tahun 1732 ketika
Henry Pitot mengatur jumlah fluida yang mengalir. Dalam pengukuran fluida perlu
ditentukan besaran dan vektor kecepatan aliran pada suatu titik dalam fluida
dan bagaimana fluida tersebut berubah dari titik ke titik. Pengukuran
atau penyensoran aliran fluida dapat digolongkan sebagai berikut:
1.
Pengukuran kuantitas
Pengukuran ini memberikan petunjuk yang sebanding
dengan kuantitas total yang telah mengalir dalam waktu tertentu. Fluida
mengalir melewati elemen primer secara berturutan dalam kuantitas yang kurang
lebih terisolasi dengan secara bergantian mengisi dan mengosongkan bejana
pengukur yang diketahui kapasitasnya.
Pengukuran
kuantitas diklasifikasikan menurut :
a. Pengukur gravimetri atau pengukuran berat
b. Pengukur volumetri untuk cairan
c. Pengukur volumetri untuk gas
2.
Pengukuran laju aliran
Laju
aliran Q merupakan fungsi luas pipa A dan kecepatan V dari
cairan yang
mengalir
lewat pipa, yakni:
Q = A.V
tetapi
dalam praktek, kecepatan tidak merata, lebih besar di pusat. Jadi kecepatan
terukur rata-rata dari cairan atau gas dapat berbeda dari kecepatan rata-rata
sebenarnya. Gejala ini dapat dikoreksi sebagai berikut:
Q = K.A.V
di
mana K adalah konstanta untuk pipa tertentu dan menggambarkan hubungan
antara kecepatan rata-rata sebenarnya dan kecepatan terukur. Nilai konstantaini
bisa didapatkan melalui eksperimen.
a. Sensor Aliran Berdasarkan Perbedaan
Tekanan
Metoda
ini berdasarkan Hukum Bernoulli yang menyatakan hubungan :
ρ
.g.
=
ρ
.g.
dimana:
P = tekanan fluida
ρ =
masa jenis fluida
v =
kecepatan fulida
g =
gravitasi bumi
h =
tinggi fluida (elevasi)
b. Cara-cara Thermal
Cara-cara
thermal biasanya dipergunakan untuk mengukur aliran udara.
Pengukuran
dengan menggunakan carathermal dapat dilakukan dengan cara-cara :
Anemometer
kawat panas
Teknik
perambatan panas
Teknik
penggetaran
c. Anemometer Kawat Panas
Metoda ini cukup sederhana yaitu dengan menggunakan
kawat yang dipanaskan oleh aliran listrik, arus yang mengalir pada kawat dibuat
tetap konstan menggunakan sumber arus konstan. Jika ada aliran udara, maka
kawat akan mendingin (seperti kita meniup lilin) dengan mendinginnya kawat,
maka resistansi kawat menurun. Karena dipergunakan sumber arus konstan, maka
kita dapat menyensor tegangan pada ujungujung kawat. Sensor jenis ini memiliki
sensitivitas sangat baik untuk menyensor aliran gas yang lambat. Namun
sayangnya penginstalasian keseluruhan sensor tergolong sulit.
d. Perambatan Panas
Pada teknik perambatan panas, pemanas dipasang pada
bagian luar pipa, pipa tersebut terbuat dari bahan logam. Di kiri dan kanan
pemanas, dipasang bahan isolator panas, dan pada isolator ini dipasang sensor
suhu. Bila udaramengalir dari kiri ke kanan, maka suhu disebelah kiri akan
terasa lebih dingin dibanding suhu sebelah kanan.
a.terbuka b. Terbuka
Gambar
1.23 Perambatan
Panas
6. Sensor Level
Pengukuran level dapat dilakukan dengan bermacam cara
antara lain dengan: pelampung atau displacer, gelombang udara, resistansi,
kapasitif, ultra sonic, optic, thermal, tekanan, sensor permukaan dan radiasi.
Pemilihan sensor yang tepat tergantung pada situasi dan kondisi sistem yang
akan di sensor.
a.
Menggunakan
Pelampung
Cara yang paling sederhana dalam penyensor level cairan
adalah dengan menggunakan pelampung yang diberi gagang. Pembacaan dapat
dilakukan dengan memasang sensor posisi misalnya potensiometer pada
bagian engsel gagang pelampung. Cara ini cukup baik diterapkan untuk
tanki-tanki air yang tidak terlalu tinggi.
b.
Menggunakan
Tekanan
Untuk mengukur level cairan dapat pula dilakukan
menggunakan sensor tekanan yang dipasang di bagian dasar dari tabung. Cara ini
cukup praktis, akan tetapi ketelitiannya sangat tergantung dari berat jenis dan
suhu cairan sehingga kemungkinan kesalahan pembacaan cukup besar.
c.
Menggunakan
Cara Thermal
Teknik ini didasarkan pada fakta penyerapan kalor oleh
cairan lebih tinggi dibandingkan penyerapan kalor oleh uapnya, sehingga bagian
yang tercelup akan lebih dingin dibandingkan bagian yang tidak tercelup.
Kontruksi dasar sensor adalah terdidiri dari sebuah elemen pemanas dibentuk
berliku-liku dan sebuah pemanas lain dibentuk tetap lurus. Dua buah sensor
diletakkan berhadapan dengan bagian tegakdari pemanas, sebuah sensor tambahan
harus diletakkan selalu berada dalam cairan yang berfungsi untuk pembanding.
Kedua sensor yang berhadapan dengan pemanas digerakkan oleh sebuah aktuator
secara perlahan-lahan dengan perintah naik atau turun secara bertahap.
Mula-mula sensor diletakkan pada bagian paling atas, selanjutnya sensor suhu
digerakkan ke bawah perlahan-lahan, setiap terdeteksi adanya perubahan suhu
pada sensor yang berhadapan pada pemanas berliku, maka dilakukan penambahan
d.
Menggunakan
Cara Optik
Pengukuran level menggunakan optic didasarkan atas
sifat pantulanpermukaan atau pembiasan sinar dari cairan yang disensor. Ada
beberapa carayang dapat digunakan untuk penyensoran menggunakan optic yaitu:
1.
Menggunakan sinar laser
2.
Menggunakan prisma
3.
Menggunakan fiber optik
NUMPANG COPAS GAN MAKASIH
AntwoordVee uitBut this is not what you live22 for iphone think, online casinos are not as bad as you are sure. You attempt to entry your eyes, right of entry your eyes, you will find a lot of good stories on this site, there are various betting games such as gourd, crab, fish, dice, bouncing, fantan, etc.
AntwoordVee uitPentagonal bevel, each a keywords meaning
AntwoordVee uitpage is a kite-shaped square. In most cases, even numbers are on one side. Odd numbers will be on the other side. It is a number between 0 and 9 without 10 points, or the number is increased by 10 points per page until 0-90.
With a realistic game style focused on playing, it is still a casino. Because everything is broadcast live, and because the chips 918kiss game list
AntwoordVee uitare used to place bets, it is a realistic table style near the casino and plays all games, just like playing in a casino
It is a very convenient gambling game.
918kiss casino apss/
AntwoordVee uithttps://apps918 ios casino
918live game
918kiss live apk
live casino 918kiss
He himself said that he never regretted the money he had lost. He is the true God in the field of poker. Because only God can point it at every player on the table. Only God is the true inspiration of all things. But his high confidence was overthrown by the top Asian lineage master Johnny Chen (the protagonist of the high-character character in the short film), because the same strategy is to take into account the large amount of money proverbs he often uses saying that the reason why the snake doctor died is Because snakes fit perfectly.
http://jameson.mystrikingly.com/
https://zatrickv.page.tl/
https://kaprine.wixsite.com/mysite
https://etearns.weebly.com/
https://sites.google.com/view/georgep/home